November 29, 2014

Disfungsi Samar-Samar

Sebuah kesejahteraan seharusnya tertanam pada individu dan seorang pemimpin baru yang belum lama ini dilantik. Jokowi, adalah representasi dari pelbagai opini, harapan, dan karakter seluruh lapisan masyarakat di negeri penuh harta karun ini. Tanpa adanya sebuah kesejahteraan, negeri ini hanya menjadi dinding pemisah antara yang kaya dan yang miskin. 

Mungkin inilah PR terbesar bagi Jokowi, dimana Ia harus memberikan sebuah wadah yang memersatukan ras, agama, dan materi seorang individu agar menjadi sebuah keberagaman yang saling memahami. Tapi di satu sisi, sanggupkah kita mengikuti aturan mainnya? Atau, kita hanya diombang-ambingkan oleh aturan main dimana kita tak tahu sebenarnya kita ini sedang bermain catur, atau ular tangga?

Melalui proyek kecil ini, saya ingin mencoba merefleksikan bagaimana kesejahteraan itu sendiri dapat digali dan ditemukan. Hakikatnya, setiap individu itu memiliki haknya untuk mengutarakan sebuah pendapat dan melihat apa saja yang terjadi. Mengutarakan bagaimana sebaiknya kehidupan itu dijalani melalui aspek-aspeknya, dan bagaimana sebuah kesejahteraan dapat dilihat dengan sejuk dan damai. Namun kenyataanya, seakan, setiap individu itu selalu ditutup mulut dan matanya. Mereka hanya diperbolehkan mendengar dan mematuhi aturan main setiap pemimpin mereka dan dijadikan seperti robot yang hanya mendengarkan sebuah perintah dan tak boleh membantahnya. Lagipula mereka tidak diperkenankan sama sekali berbicara dan melihat apa yang sebenarnya terjadi di dalamnya. Tentu disinilah letak ketidakadilan serta disfungsi mulut dan mata secara samar-samar atau dalam kata lain tidak terlihat jelas.

Maka sebaiknya, berikanlah hak mereka secara riil dan luas. Biarkan mereka melihat bagaimana birokrasi di negeri ini berjalan, dan biarkan mereka mengutarakan pendapat mereka dengan lugas, sesungguhnya mereka yang beropini adalah individu yang peduli dan mengidamkan sebuah kesejahteraan di negeri penuh harta karun ini.

Silahkan, ketidaksempurnaan proyek ini  mohon dimaafkan.

*Karya ini diambil menggunakan Kamera Ricoh KR-5 Super dengan film Polypan 50. Karya ini juga di pamerkan dalam pagelaran pameran seni, Delayota Art di Plasa Pasar Ngasem pada tanggal 17-20 Desember 2014.













No comments:

Post a Comment