October 21, 2013

Takdir-Takdir Burung yang Berkicauan

Sore yang selalu menjingga
Sore yang penuh awan menganga
Sore yang gelap akan nista.
Burung-burung yang berkicau
semakin keras bunyinya
semakin nyata lengking suaranya.

Lalu,
mereka beterbangan menuju barat.
Dimana surya sedang ingin tidur
di atas naungan rumput-rumput lentur
Dimana tinggal setengah senyum dari surya
yang tertimbun di bawah jiwa-jiwa muda.

Malamnya
mereka kembali tak bersua.
Mereka kembali kedalam laksana
yang membuat mereka ingat akan pesta.
Pesta perayaan yang dipersembahkan untuk Tuhan
setelah mereka berhasil melewati rayuan.

Daun yang berguguran
dari pohon yang sedang telanjang.
Daun yang melayang
ke kanan dan ke kiri karena tiupan angin kencang.
Sesunyi ini takdir para burung berkicauan.
Melayang tak karuan dengan suasana tegang
Dengan sentuhan yang lembut nan mematikan
Dan menusuk jantung mereka secara perlahan.

Takdir ini datang dari Tuhan
Takdir ini bukan sebuah undangan pernikahan
yang dengan mudah dapat diabaikan.
Dan bukan pula kiriman surat dari pacar
yang seakan menyebalkan dan langsung dibuang.

Paginya,
di bawah naungan awan
yang diserang embun berjatuhan.
Mereka mulai beterbangan:
Melawan tebalnya cakrawala
Mencari takdir-takdirnya
juga hari dimana mereka akan sirna.


No comments:

Post a Comment