October 17, 2013

Pemimpin yang Hilang dan Ditelan Kegelapan

Laut dan tanah, juga pasir dan rumput belukar.
Mengapa mereka tak dapat disatukan
dalam satu tempat yang sama?
Mengapa mereka selalu ada didalam benak manusia?
Mengapa setiap pertanyaanya membentur
akal-akal dan pemikiran insan yang tak bernyawa?

Wahai pemimpin negara!
Wahai pemimpin umat!
Wahai pemimpin yang selalu
ditinggal oleh para prajuritnya!

Menunggumu adalah hening.
Kegelapan dan angin yang berhembus
tak senyaman tidur telentang diatas kasur kamar.
Tak senyaman menetek puting ibu
yang sedang hangat-hangatnya.
Dan tak seindah pelangi yang datang
setelah hujan pergi menerjang.

Wahai pemimpin!
Engkau adalah panutan kami
Engkau adalah tonggak ukur kami
ketika kami tersesat
dan jatuh kedalam lubang jerami.
Dimana engkau selalu memberi kami petuah
agar kami dapat bangkit melawan ribuan jerami.

Segala naungan dan renungan
tak sanggup mengembalikan kami kepadamu.
Aku bersumpah, bahwa tak satupun rakyat
yang masih setia menunggu kedatanganmu.

Pertanyaan-pertanyaan yang terlontar
seakan menjadi bom dalam peperangan.
Meledak dan sulit untuk diungkapkan.
Bagaimana kita akan menjawabnya
jika kami tak tau pasti dimana letak pelontarnya?

Wahai pemimpin negara!
Wahai pemimpin umat!
Wahai pemimpin yang selalu
ditinggal oleh para prajuritnya!

Kami tak segan mengeluarkan mosi tak percaya.
Kami bosan menanti bantuan
Kami bosan menadahkan tangan kami
dan meminta belas kasian.
Kami sudah tak mau lagi diatur
oleh yang namanya peraturan.
Persetan! Persetan! Persetan!
Kami tak lagi kenal dengannya.

Selamat tinggal pemimpin negri!
Selamat atas kekacauan,
yang telah engkau buat
bersama para aparat yang keparat.

No comments:

Post a Comment