September 24, 2013

Lidah Muslihat

Setiap kata yang terucap dan keluar
Setiap pertanyaan yang dilempar
Menghasilkan alasan-alasan banglas
yang membuat akal ini memanas.
Seakan menjadi pisau-pisau tajam
dan dengan mudah mereka terpejam.

Ini hanyalah sandiwara.
Ini hanya sebuah panggung
yang terbuat dari potongan-potongan kayu
dengan paku-pakunya yang menancap.
Dengan dialog-dialog konspirasi tak sehat,
mereka menelan mentah segala ancaman
yang membuat mereka menjadi resah
dalam menjalani sebuah aturan.

Dia yang menjadi debu berkata:
"Lidahku ini tak setajam tatapanmu
yang menistagmus. Tak setajam
ujung-ujung pisau yang kamu lempar,
kepada kaum yang kamu buang
di lautan dan juga sungai bebatuan.
Dan aku bersaksi bahwa tak satupun
dari kaumku, kamu berikan
sebuah makna kehidupan yang tentram"

O, aku mengerti!
O, aku sangat mengetahui!
Betapa kerasnya batu-batu kali
jika dibandingkan dengan recehan
yang mereka kumpulkan hari demi hari
dalam galian tanah, di ujung petak sawah.

Pada akhirnya, aku mengakhiri langkahku
yang semakin menuju ke dalam beku.
Dan saat ini pula aku sadar
bahwa perkataanmu adalah "sekedar".
Sekedar membuatku senang
Juga sekedar membuatku riang.


No comments:

Post a Comment