September 19, 2013

Hidup di Balik Cermin

Di luar sana, banyak yang mengeluhkan
Betapa hidup ini seakan mengguncang
Seakan membebani setiap insan.
Di luar sana pula, tak sedikit yang mengelakkan
Tentang kerasnya batu-batu nisan
Jika disamakan dengan makanan.

Di hadapan Tuhan kelak
Mata tak sanggup lagi menistagmus.
Mata tak sanggup lagi menatap
indahnya tubuh-tubuh pelacur
yang dulu pernah menghibur.
Lalu mata hanya dapat berbicara
tentang semua kejadian yang nyata.

Tangan, kaki, serta kemaluan
akan bersaksi dan mengumbar
segala bentuk kenistaanmu
kepada kaum-kaum terbuang.
Kaum yang telah engkau jadikan budak 
atas segala perintah yang tak terelak.
Lalu mereka kelak,
akan balik membuatmu tersiksa
Di dalam lubang yang luas nan panas
dan juga tumpukan bara 
yang engkau kenal dengan sebutan neraka.

Hidup dengan rayuan, serta nafsu dan paksaan
tak akan membuatmu senang.
Mungkin hanya sesaat:
Di dalam bola dengan kumpulan
babi dan orang-orang utan,
serta tikus-tikus yang doyan dengan uang.
Kemudian mereka berlomba-lomba
untuk menyewa pelacur-pelacur hina.
Dan beberapa saat kemudian
mereka mati dan dikubur 
dengan darah-darah hambur.

Apakah engkau sanggup 
membunuh ego-ego busuk, 
serta memecahkan cermin-cermin kenistaan
yang akan membuat resah dengan segala ancaman?
Ketahuilah, bumi ini tidaklah bundar dan halus
Namun runcing, lancip, dan menikam
bagi mereka yang lupa diri,
bagi mereka yang tak sanggup menahan birahi.


No comments:

Post a Comment