March 14, 2016

Rajutan

Kau pernah memberiku sebuah rajutan
di tengah kebisingan,
yang kau titipkan lewat embusan
angin malam.

Setiap malam, aku ciumi rajutan
itu dari satu sisi ke sisi yang lainnya.
Seperti saat ayahku menciumi keningku
ketika aku kaku dalam bertutur kata.

Rajutan itu sebenarnya hanya rajutan biasa,
yang kau rajut dari ribuan harapan dan doa
setiap malamnya.

Namun,
rajutan itu kini berbeda dari sebelumnya.
Ia berdebu, rapuh, dan mulai tak kuat simpulnya.
Mungkin saja, harapan dan doamu
bukan lagi untukku semata.

Tetap saja, 
aku merindukan rajutan biasamu
yang kau rajut dari ribuan harapan dan doa.

No comments:

Post a Comment