Pada hari-hari yang panas,
ketika tatkala matahari sedang asik-asiknya
berdansa diatas botak para lelaki lajang itu,
sempat saja kau ini berduaan dengan kekasihmu.
Maka ketika aku sedang melalui daerah
ranjang kayumu, sesekali aku bisikkan ke dalam hatiku
"Ah kau ini. Suka sekali membuatku iri.
Bahkan sering kali kita tak bercakap untuk sehari,
bahkan dua atau tiga hari lagi. Dan pada bangku ini,
akan ada rasa kebosanan dengan pantat-pantat kalian
yang sering bergoyang kesamping kiri dan kanan"
Sudahlah.
Kita ini sama-sama manusia yang tak abadi.
Kita juga sama-sama dilahirkan melalui perkawinan
yang mempertemukan alat kelaminmu(wanita)
dan alat kelaminku(pria).
Dan lagi pula kita juga sedang dalam masa keegoisan
akan hasrat untuk bercinta, jadi biarkan saja
dirimu dikendalikan olehnya.
Sudah, sudah.
Aku muak melihat wajah datar kalian
yang pura-pura tak kenal dengan Tuhan.
Tuhan ada di bangku, di meja, ataupun di depan pintu
dan mengetuk keras dengan tongkat di tangannya.
Lalu diubahlah pintu itu
menjadi berapi dan panas didalamnya.
Kemudian samudera yang luas menjadi marah
karena ulah kalian yang semena-mena
di hadapan para dewa.
Inilah manifestasi kami, dan jangan sesekali
kau membantah pernyataan kasar kami.
Karena kami benar dan selalu dibenarkan.
Maka tidak lain dari kalian adalah pasangan
yang tidak disetujui oleh kesaksian.
Pergilah ke atas gunung dan lakukanlah perkawinan,
karena masalah kalian adalah perselisihan.
No comments:
Post a Comment