August 25, 2013

Keranda

Aku melepas baju dan terhanyut ke dalam.
Berenang menuju tempat keabadian
Dan lagi. Aku direnggut oleh kejam
dan terombang-ambing sampai ketepian.

Datanglah seorang peri dari langit
dengan wajah putih nan cantik.
Dengan rambut hitam yang panjang
terurai manis di bahunya.
Dan juga, senyumnya lebar
dan penuh pesona.

Hai peri! 
Apakah kau bisa menolong ku
dan juga teman-temanku?
Kita berada dalam masalah yang besar:
Korup negri yang susah dimusnahkan
juga iri dengki para mentri negri
yang tak sanggup ditahan oleh nafsu birahi
apalagi para petinggi dengan rayuan ironi.

Apakah kau bisa menolong ku
dan juga teman-temanku?
Agar kita bisa bertemu mereka
dan membakar akal pikiran mereka
yang busuk dan tak tahu malu.
Dan juga membunuh karakter mereka
yang bodoh dan tak berpendidikan
sebagai orang penting di bangsa
yang penuh sumber daya.

Aku kerap kali meminta kepada malam dan rembulan
Mereka tak menjawab. Mereka mengacuh.
Mungkin mereka sudah tak mau mendengar
rintihan-rintihan orang yang tersiksa
karena petinggi yang penuh dosa.
Dan pada saatnya nanti
aku lebih memilih 
untuk mati tanpa keranda yang menyelimuti.



No comments:

Post a Comment