#Pakpolisiblog #Day4
Memang, menerbangkan layang-layang itu tak semudah menerbangkan pesawat buatan. Tali temali, berat, dan kecepatan angin menjadi prioritas bagi para pemain layang-layang. Namun, itu semua menjadi lebih mudah ketika aku melihatmu sedang membawa rantang ke gubug tempat ayahmu beristirahat. Di gubug itu, kau nampak riang, seperti anak-anak SMP yang habis terima ijazah kelulusan. Jelas, aku tahu betul kenapa senyum itu terlihat lebih lebar. Pasalnya, ia telah dijodohkan oleh seorang pengusaha sukses yang hidup mewah di sebuah perkotaan.
Layang-layangku pun terombang-ambing angin dari utara ke selatan. Aku tarik ulur dengan perlahan, dan layang-layangku kembali menjadi normal. "Ah pantas, diombang-ambingkan itu memang tidak enak" gelisahku dalam batin.
Matahari lenyap, dan senja menjadi pemandangan satu-satunya. Merah merona, ditambah burung-burung yang gundah, terbang kanan ke kiri, seperti ada yang mengganjal. Mungkin sidang? Atau kesaksian akhir zaman?Ah bisa saja aku mengarang, bak penulis yang suka ngawur tentang kisah percintaan.
No comments:
Post a Comment