March 23, 2015

Saya Ingin Bicara

Begini, entah karena sudah lama tak mengungkap perasaan dan opini saya disini, saya ingin mengungkapkan beberapa opini untuk teman-teman yang akan lulus pada tahun ini, begitupun saya yang dihantui kebimbangan akan jadi apa kelak setelah lulus dari jurusan yang akan saya tekuni 4 tahun mendatang?

Awalnya, pertanyaan ini muncul sekitar bulan Januari silam, ketika salah seorang teman menanyakan hal yang memang sudah menjadi pertanyaan umum anak kelas 12 saat itu. "Emang, kalau udah lulus bakal jadi apa besok?" begitu kurang lebih pertanyaan itu dilontarkannya dengan yakin dan halus. Entah, pertanyaan ini cukup membuat saya berfikir ulang dan dalam batin saya berkata "hmmm, jadi apa ya?" lalu ketika pertanyaan itu melebur dengan waktu yang berjalan, dan pemikiran-pemikiran dari banyak orang, akhirnya pertanyaan itu terjawab dengan dan tanpa kesengajaan.


Begitu, setelah saya mencari apa hakikat seorang menekuni ilmu, bagaimana seharusnya ilmu itu diterapkan demi membangun sebuah kesejahteraan negeri yang semakin amburadul ini, dan bagaimana ilmu itu bisa diinovasikan selayaknya anak muda yang menjadi generasi penerus, yang tidak hanya ingin menggunakan "peralatan bekas" generasi tua yang sebentar lagi mereduksi keberadaannya, jawaban atas pertanyaan linear itu menjadi seperti ini: Oke. Kita kuliah dan mengambil jurusan itu tidak lain untuk menyongsong masa depan kita sebagai manusia pada umumnya. Menafkahi keluarga, membahagiakan keluarga, mendapat harta yang banyak dan akhirnya mati dengan bahagia. Namun, dengan pemikiran tersebut, maka Indonesia pantas untuk dikatan menjadi negara yang linear dan tidak melihat aspek-aspek yang sebenenarnya potensial untuk unjuk nama sebagai penopang kesejahteraan Indonesia.

Seperti halnya aspek budaya, seni, pariwisata, dan adat dari setiap daerah yang beragam. Seperti banyak dikatan orang, Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di Dunia, tapi kenapa pulau-pulau yang terpencil, yang itu memiliki prospek di bidang pariwisata, malah entah dimana hak kepemilikannya, dan malah entah bagaimana pemerintah bisa kecolongan sampai segitunya? Untuk informasi saja, di salah satu situs jual-beli pulau, tercantum beberapa nama Pulau Indonesia yang berada di daerah Mentawai termasuk dalam daftar jual-beli pulau tersebut, salah satu contohnya Pulau Makaroni yang berada di Desa Silabu, Kecamatan Pagai Utara, Kabupaten Kepulauan Mentawai.

Kalau boleh saya bilang, kita ini kadang munafik dengan apa yang kita punya. Ketika ada seonggok budaya, kesenian, atau sebuah aset negara yang kepemilikannya adalah asli milik Indonesia, kita bersikap tak acuh dan malah kadang tak ingin tahu kesenian atau budaya macam apa ini, enggan untuk melestarikan, dan enggan untuk menjaga. Tetapi, ketika kesenian atau budaya tersebut diambil alih atau dicolong negara lain, baru kita koar-koar dan berteriak "Itu milik Indonesia!". Nah hal seperti ini yang membuat negara ini enggan berkembang pesat dan banyak intervensi masalah dari banyak bidang. Karena mindset warganya masih seperti anak-anak yang jika diberi makanan, ia enggan memakan, tetapi ketika makanan itu diambil, barulah merengek meminta untuk dikembalikan. Atau dalam arti kata lain jual mahal.

Begitulah, setelah pertanyaan itu terlontar dari mulut teman saya, pikiran saya seakan terbuka dan ingin memajukan negara ini tidak hanya dari bidang yang menonjol saja. Indonesia itu layaknya sebuah pohon dengan akar yang banyak menjalar di tanah, jika ada beberapa akar yang mulai melemah untuk menopang pohon tersebut, maka tak ayal jika pohon tersebut akan rubuh dan tergeletak manis tanpa sebuah hasil yang dapat dinikmati kalangan banyak. Begitu pula aspek-aspek yang hampir terlupakan oleh masyarakat, saya berharap, kita sebagai generasi muda yang akan menggantikan banyak tokoh yang sekarang mapan di Pemerintahan, jangan pernah memandang sebuah tujuan dengan keliniearan, karena banyak aspek disamping hal-hal tersebut yang sebenarnya juga dapat dikembangkan untuk kemajuan Indonesia dan kesejahteraan rakyat yang berada jauh di bawah kita.

Semoga opini saya dapat diterima, jika ada yang perlu diambil, maka ambil lah dan mari kita budayakan untuk berfikir lebih luas, tak sesempit jalanan raya yang dirayapi oleh kendaraan bermotor saja. Terimakasih

2 comments: