Akhirnya, setelah beberapa saat meluncurkan wacana untuk naik gunung, tercipta juga wacana itu menjadi realita. Berangkat dari paguyuban kecil, terdiri dari Saya dan beberapa teman dalam perbincangan malam. Mulanya, kami berniat untuk berangkat pada tanggal 1 malam, tapi nyatanya, salah seorang teman Saya mengajukan untuk berangkat lebih awal yaitu tanggal 31 malam dan kami menyetujuinya.
Jauh sebelum hari H, hanya 3 orang yang ingin berangkat saat itu, yaitu Saya, Uya, dan Vega. Namun seiring berjalannya waktu, dan kami membujuk seorang teman Tiongkok kita yang bernama Riyan, akhirnya kita mendapati jumlah genap untuk pendakian. Tanpa disadari pula, tambah lagi 2 orang yaitu David dan Ayus yang juga sudah siap dengan perlengkapannya masing-masing pada malam 31.
Sebelum berangkat, kami semua mempersiapkan barang-barang kami lagi. Apalagi persiapan fisik karena jarak yang kami tempuh untuk mencapai basecamp cukup jauh. Beberapa dari kami pun juga ada yang menyempatkan makan terlebih dahulu.
Setelah semua siap, akhirnya kita berangkat menuju basecamp dalam keadaan malam yang cukup dingin. Menurutku, Vega adalah sosok yang cukup berani menantang malam. Karena dilihat dari pakaiannya dengan celana pendek dan perlengkapan kehangatan yang secukupnya, cukup jagoan dan gentho untuk melewati malam sedingin lereng.
Dalam perjalanan menuju basecamp, motor Saya mengalami beberapa kendala yang cukup mengkhawatirkan. Seperti kehabisan bensin di tengah-tengah malam, juga kurang kuatnya tenaga motor untuk melewati tanjakan tajam di daerah Ketep Pass dan selo(atau sebelum basecamp), namun akhirnya semua kendala itu dapat terlewati dengan tuntas dan sampai di basecamp dengan selamat.
Sesampainya di basecamp, Saya dan rekan Saya langsung menaruh barang-barang ditempat yang sudah disiapkan. Beberapa dari kami ada juga yang membuat kopi di luar, namun Saya bersama Uya memilih untuk tetap berdiam di kediaman Pak Narto yaitu seorang Bapak yang memiliki kediaman sekaligus dijadikan basecamp pendakian merbabu jalur Selo.
Pagi datang, mentari bersinar cukup terang. Berkecimpung suara gumaman orang, dan ternyata jam tangan menunjukkan pukul delapan. Kami semua terlambat dan kesiangan, tapi tak apalah, memang pada dasarnya pendakian ini menjadi pendakian paling santai sepanjang masa. Pagi itu pula, kami mengepack barang-barang agar nanti siap langsung dibawa mendaki. Sebelumnya, kami mencoba hidangan nasi goreng dan teh hangat terlebih dahulu, serta membersihkan badan dengan air di lereng merbabu.
Sekiranya semua sudah siap, kami mulai berangkat mendaki. Sebelum mendaki, kami sempatkan berdoa agar perjalanan kami tidak terhambat sama sekali. Kemudian, kami mulai berjalan menyusuri hutan belantara yang masih berada di kaki Gunung Merbabu.
Setelah melewati hutan-hutan, pos 1, dan pos 2, akhirnya kita sampai di pos 3 yang cukup nyaman untuk istirahat cukup lama. Tak sadar, ternyata Saya tertidur terlebih dulu sebelum semua rekan Saya juga ikut tertidur. Lalu, Vega membangunkan Saya dan kami akhirnya melanjutkan perjalanan melewati bukit yang cukup curam untuk didaki(bagi saya karena saya pemula). "Walaupun ini cukup menantang, tapi apalah arti kalau sudah disini harus Saya selesaikan juga bukit ini" ucap Saya dalam hati dan terus berdoa agar selalu dapat perlindungan Tuhan.
Alhasil, kami mampu melewati bukit ini dan mencapai sabana1 Gunung Merbabu. Waktu menunjukkan pukul 18.00 dan kami mendirikan tenda untuk istirahat yang cukup, agar perjalanan berikutnya tidak terlalu capek dan mengantuk.
Setelah bangun dari istirahat, kami sempatkan diri kami untuk bersarapan terlebih dahulu. Walaupun hanya makan mie,mie, dan mie, namun cukup bagi kami untuk mengisi tenaga saat itu. Sempat ada perdebatan diantara kami, antara muncak dan tidak. Karena mungkin melihat perjalanan sebelumnya, yang begitu cukup tajam dan mendaki melulu, akhirnya hanya David seorang yang memutuskan untuk tidak memuncak.
Perjalanan ke puncak kami lakukan pukul 8.00 pagi dengan semangat dan air mineral 1 botol. Dalam perjalanan ke puncak, ternyata benar kata teman-teman sebelumnya, bahwa lewat jalur Selo itu akan menemui bukit-bukit yang banyak atau sering disebut bukit teletubbies. Namun niat kamu tetap bulat untuk ke puncak, walaupun kami kehabisan air dan Vega yang sedang pusing kepalannya, Ia tetap menemani kami ke puncak merbabu dengan keadaan cukup buruk.
Setelah memerlukan banyak waktu untuk melewati bukit-bukit curam itu, kami akhirnya sampai juga di Puncak Kentheng Songo Gunung Merbabu. Rasanya sangat lepas dan beban perjalanan menuju puncak seakan hilang dan lupa. Sungguh indah Kuasa Tuhan dan Rahmatnya. Disana, kami sempatkan foto-foto dan saling membanggakan diri "aku muncak" dalam hati dan kami sadari bahwa alam bukan untuk ditaklukhi tapi untuk kita akrabi.
No comments:
Post a Comment